a movie review: "Malena (2000)" - Ketika Cantik Menjadi Dosa Besar

Assalamualaikum Bloggers!

It's #MovieReviewByNanda:) 😊

Sebelum mereview film ini, gw bakal ceritain dulu asal mula gw jadi pengen nonton Malena, sekaligus share info yang mungkin bisa meningkatkan kepedulian kita bagi sesama wanita (pria juga boleh baca btw).

Awalnya gw gak sengaja liat postingan
salah satu artis dangdut tanah air yang ngaku dirinya dilecehkan oleh oknum pemain sepak bola Indonesia. Postingan tersebut kemudian menuai Pros and Cons. Kalau yang Pros, mereka mendukung keberanian dari si artis dangdut ini karena berani speak up for her sex abusing. Karena gw yakin, sebagian besar perempuan kalau dilecehkan baik verbal, melalui medsos, atau bahkan secara langsung, cenderung takut dan malu untuk speak up yang mana pada akhirya akan membuat si pelaku jadi bertambah skala keberaniannya. Balik lagi ke insiden di atas, sedangkan yang Cons, cenderung berasumsi bahwa si artis dangdut ini gak punya malu untuk ungkap pengalaman pelecehan yang dia alami. Ada juga yang berpendapat, artis dangdut ini terlalu membesar-besarkan masalah, padahal pelecehannya "hanya"via direct message di instagram. Unfortunately, yang paling banyak kasih komentar kontra adalah WANITA! Bisa dibayangin gk, betapa aneh dan jahatnya ketika perempuan bisa cenderung lebih ofensif ke sesama perempuan? 😓 Malah yang membela justru laki-laki!


Ternyata, dilansir dari Tirto.id dalam ilmu psikologi, perilaku semacam ini dinamakan Sindrom Ratu Lebah. Jadi, perempuan yang memiliki Sindrom Ratu Lebah akan merasa tersaingi oleh perempuan lain karena beragam hal, mulai dari karier, kecerdasan, bentuk fisik, hingga perhatian dari lawan jenis. Mereka rela mengucilkan atau bertindak buruk kepada saingannya agar terlihat menonjol. Persis seperti lebah perempuan dalam koloni yang saling bunuh untuk memperebutkan tahta tunggal Ratu Lebah.

 Queen Bee ilustrasi aja ini. Aslinya mah ya Ratu Lebah muka tawon.

Sindrom Ratu Lebah pertama kali diperkenalkan oleh psikolog di University of Michigan pada tahun 1973. Joyce F Benenson, seorang psikolog di Emmanuel College di Amerika menyimpulkan bahwa sindrom ini terbentuk akibat evolusi. Perempuan cenderung selektif dan tidak terbiasa membentuk kelompok dalam jumlah besar seperti laki-laki. Hal itu karena mereka terbiasa berkompetisi ketat untuk menarik lawan jenis dan mendapatkan makanan demi anak-anak mereka. Intinya, sindrom ini merupakan produk stereotip gender hasil budaya patriarki.


Okidoki, balik lagi ke Malena! Sebelumnya, ada syarat usia bagi penonton film ini. Jadi, tau diri aja yang merasa under 21 years old, jangan memaksakan diri :)

Film ini bergenre roman, romance, dan drama. Tapi buat gw yang selera humornya overwhelming alias tumpah-tumpah, tetep aja ada adegan humor nya di sini yg bisa bikin ngakak 😂 (pardon).

"Malena" adalah kisah seorang perempuan tercantik di sebuah kota di Italy. Suaminya adalah seorang tentara yang sedang pergi berperang saat World War (gw lupa world war berapa). Tinggallah Malena bersama ayah jomponya. Setiap keluar rumah, Malena selalu menjadi objek cat-calling seluruh laki-laki di kotanya. Dia dan kecantikannya pun turut jadi santapan mata para pria bujangan maupun beristri, padahal di beberapa kesempatan bajunya pun sangat-amat sopan. Namun, pancaran kecantikan Malena tidak luntur setetes pun, barang ketika tebal balutan kain mengelilingi tubuhnya. Malena luar biasa.


Malena ga pernah punya salah apa-apa dan ke siapapun. Kesetiaannya pada suami hingga menunggu suaminya kembali, adalah luar biasa bagi perempuan secantik Malena. Dia bisa saja dapat kasih sayang dari siapapun yang dia mau ketika suaminya pergi, dapat harta dan pujian dari semua laki-laki. Tapi kehormatan dan martabat selalu menjadi tameng bajanya. Salahnya cuma 1 = karena dia cantik! Dan akhirnya, dia jadi korban Sindrom Ratu Lebah bagi seluruh wanita di kotanya :(


Semua laki-laki siap melayani Malena. Kita mah apa atuh nyak



 Kasian pisan eui disiksa kitu weh :(
Film ini adalah salah 1 film roman terbaik sih. Alurnya jelas, gak loncat-loncat. Gak menye-menye, gak terlalu drama juga. Durasi 1 jam 48 menit sama sekali gak bikin bosen. Kita akan dibawa kepada satu sudut pandang yang berbeda ketika melihat seorang perempuan cantik, tapi justru tokoh utamanya bukan Malena sendiri. Tetap, di film ini, peran Malena bahkan HANYA menjadi objek bukan subjek :')

Film ini juga memberikan kita banyak moral value, mulai dari proses pendewasaan diri, nobility and decency, composure, dan kesetiaan. Malena's beauty isn't only beneath her physical but also from within! Dan kita cewe-cewe wajib kaya Malena. Bukan untuk agar diperebutkan laki-laki. Tapi agar jadi pantas sebagai manusia bermartabat dan sebagai bentuk syukur karena penciptaan Tuhan atas diri kita.

(yah gw juga masih pecicilan. boro2 mau kaya Malena wkwk)

 Rating imdb untuk film ini adalah 7.5/10. Buat gw? Naik dikit lah 8/10 wkwkw. Ya gimana yaa.. gw terlalu adore sama film-film tua begini. Film yang bukan cuma entertaining tapi juga kasih pelajaran berharga bagi hidup.

Okayyy I think that's all enough for this stuff right here. See yaaa on the next #MovieReviewByNanda :)))

Wassalamualaikum Wr. Wb 😁


Komentar