a story: Pengalamanku Resign dari Bank karena ingin Meningggalkan Riba

Assalamualaikum blogger!

Kali ini, aku mau sedikit berbagi pengalaman yang mungkin bisa menginspirasi dan memotivasi teman-teman semua, yang hendak berhijrah ke jalan Allah SWT dari sesuatu yang di haramkan-Nya, namun masih galau/dilema karena kondisi tertentu yang sifatnya duniawi.

Di postingan sebelumnya, aku sempat memposting kisah, tips dan trik ku lulus jadi frontliner di sebuah perusahaan perbankan BUMN.  Gak sedikit yang personal chat ke aku via DM instagram utk bertukar informasi dan pengalaman. Bagiku, tidak jadi masalah karena tiap orang punya pilihan masing2 untuk menggapai masa depannya, mengingat jaman sekarang cari kerja itu susah :") Tapi di sisi lain, aku merasa punya tanggung jawab untuk memposting hal yang sedikit kontras dengan postingan sebelumnya, yakni pengalaman ku meninggalkan pekerjaan sebagai frontliner perbankan.

Aku ingat, bulan Mei 2016 resmi predikat akademik S.IP (sarjana Ilmu Pemerintahan)  aku sandang, dan 5 bulan setelahnya yakni Oktober 2016, menjadi bulan yang begitu membahagiakan. Hal ini disebabkan karena aku diterima di sebuah perusahaan perbankan BUMN setelah melewati proses berbulan-bulan, mengalahkan puluhan orang, dan yang paling membanggakan adalah aku merasa bahwa bekerja di Bank adalah dambaan bagi sebagian besar fresh graduate. Aku merasa beruntung karenanya.

Bulan pertama aku bekerja, rasanya sungguh camput aduk. Banyak hal yang tidak pernah aku ketahui sebelumnya karena berbanding terbalik dengan latat belakang pendidikanku, namun harus aku kerjakan hingga tuntas. Banyak pelajaran yang ku peroleh, yang paling utama adalah manajemen waktu. Setiap hari aku dihadapkan dengan banyak nasabah dengan keluhan dan pelayanan yang beragam. Jam pulang pun sudah pasti larut. Aku terbiasa pulang di atas pukul 7 malam, hingga paling malam yakni jam 9 malam. Paling cepat,mungkin sekitar pukul 5 sore haha.

3 bulan berjalan, aku mulai sering mendapatkan informasi melalui media sosial terkait haramnya bekerja di bank karena riba. Awalnya aku mulai melakukan pembelaan, yakni dengan berasumsi bahwa aku berniat untuk melakukan pelayanan kepada nasabah, bukan menarik untung sebesar-besarnya. Namun di sisi lain, hati kecil selalu berkata "inget gak tiap hari nawarin nasabah untuk melakukan pinjaman di bank? Membujuk mereka untuk tetap melanjutkan kreditnya? Melakukan akad kredit dengan bunga sekian persen? Apa itu bukan riba?"
Kemudian sekali lagi, aku mulai menyangkal dengan dalih kan bukan gw yang ngutang. Gw cuma menawarkan. Toh juga bunganya kecil dan nasabah merasa terbantu akan hal tsb. Pertanian lancar, modal usaha bertambah. Gw rasa gak ada salahnya bantu mereka. Bank untung, mereka juga untung. 

Namun skali lagi, setiap buka instagram dan facebook, aku selalu menemukan sejumlah hadits dan video kajian dari berbagai ustadz yang mengharamkan Riba, sekecil apapun jumlahnya, bahkan jika itu di bawah 2%. Setelah itu, aku juga sempat menonton sebuah video di mana riba memang bisa menghancurkan negara. Kajian lainnya banyak banget tersebar di Google yang gak bisa aku cantumkan satu per satu di sini. Maaf :"

Selama beberapa bulan, aku sempat menutup mata dan telinga tentang dosa yang dengan nyaman aku perbuat. Namun hati kecil ini berontak agar tetap terus menonton kajian para ustadz melalui youtube tentang riba. Astaghfirullahaladzim. Aku ingat, ayahku adalah seorang karyawan swasta yang uangnya Insya Allah halal dunia akhirat guna membesarkan dan menyekolahkanku sampai detik ini. Bisa-bisanya aku tega memberikan sedikit jajanan untuk ayah dan ibuku, serta adik2ku dari uang riba? Saat itu aku menangis, berdoa dan mengadu kpd Allah untuk minta diberikan petunjuk agar kembali ke jalannya. Aku sadar bahwa aku tidak bisa nekat untuk resign detik itu juga, mengingat aku masih terikat kontrak. Sehingga, jika aku resign, maka aku harus membayar pinalty puluhan juta agar ijaza dan transkrip akademikku bisa keluar. Jelas ini akan menjadi beban baru bagi kedua orang tuaku. Demikian, setiap sujud selalu aku minta kepada-Nya untuk ditunjukkan jalan. Tidak ada satu pun saat mustajab untuk berdoa yang aku lewatkan.

Pertengahan tahun 2017, aku coba untuk ikut seleksi beasiswa LPDP dalam negeri, mengingat salah satu cita-cita ku adalah menjadi seorang dosen. Segala persiapan sudah dilakukan, aku pun lolos seleksi administrasi. Selepas itu, dilanjutkan assesment test online dan aku pun lolos. Tes selanjutnya adalah Essay on the Spot, LGD, dan interview. Alhamdulillah, aku dapat pimpinan yg begitu baiiiaikkk hatinya hingga memperbolehkanku utk mengambil jatah cuti tahunanku demi tes tersebut. Namun sayangnya, nilai ku jatuh pada saat interview hingga gagal harapanku untuk jadi awardee LPDP. Padahal, jika aku lolos, maka akan ku habiskan kontrak di bank, dan siap untuk kuliah tahun depan. Namun Tuhan berkata lain. Sedih? Pasti. Bingung? Jelas. Meningat sudah 2 bulan lagi menuju bulan Oktober untukku menentukan sikap, resign atau tidak.

Kalau tidak salah, bulan September 2017 adalah bulannya CPNS. Banyak orang berbondong2 mendaftar menjadi bagian dari ASN, tak terkecuali diriku. Aku pun mencoba peruntungan dengan mendaftarkan diri sebagai Analis Keimigrasian Pertama di Kementerian Hukum dan HAM. segala jenis soal telah aku pelajari 1 bulan sebelumnya di tengah-tengah sibuknya aku bekerja. Alhamdulillah, pada seleksi SKD, nilaiku melampaui passing grade yang ditentukan. Namun, setelah di rank secara Nasional, nilaiku tidak memenuhi. Sekali lagi aku sedih dan hampir putus asa, namun aku tetap yakin dan optimis bahwa Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya terseok-seok ketika hendak kembali ke jalan-Nya. Hanya KEYAKINAN KUAT yang aku miliki pada saat itu.

Beberapa minggu setelahnya, CPNS periode ke 2 pun dibuka. Berdasarkan syarat yang ditentukan, aku pun mencoba peruntungan mendaftarkan diri di Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KEMENPAN-RB) sebagai Analis Kebijakan Pertama untuk Deputi Tata Laksana dan Kelembagaan. Berbekal background pendidikan yang memenuhi syarat dan nilai TOEFL ITP yang cukup baik, aku pun melakukan pendaftaran online sekaligus mengirimkan hardcopy berkas pendaftaran. Proses demi proses aku lewati. Namun, ketika kepastianku untuk menjadi seorang ASN belum keluar, aku harus sudah memutuskan masa kerja ku di perbankan. Ini adalah salah satu keputusan tersulit yang pernah aku miliki selama 22 tahun hidup.

Tepat tanggal 23 September 2017, dengan Nama Allah, Lillahita'ala,  modal KEYAKINAN akan takdir-Nya, aku memutuskan untuk tidak melanjutkan kontrakku di bulan Oktober 2017 dari bank tempatku mengabdi dengan alasan-alasan yang bernafaskan syariat. Selain itu, aku rasa di usiaku yang masih muda, aku masih memiliki banyak pilihan hidup ke depan. Aku selalu mendambakan memiliki pekerjaan yang work-life balanced.  Sedangkan di bank, aku tidak bisa mendapatkannya. Bagaimana mungkin kelak aku hendak mengurus anak, ketika pulang kerja saja harus pukul 9 malam?

Alhamdulillah, permintaan resign ku dikabulkan pimpinan. Tepat tanggal 3 Oktober 2017, kontrakku habis. Aku kembali ke rumah, berkumpul  dengan ayah ibu dan dua adikku dengan perasaan bahagia. Tidak ada sedih sedikitpun. Hanya bahagia dan lega, walaupun tidak akan lagi ada notifikasi SMS Salary Crediting yang masuk ke hp ku setiap bulannya. Dan kemungkinan aku tidak bisa membantu keluarga ku secara finansial lagi (ayahku sudah pensiun dan ibu seorang ibu rumah tangga yg luar biasa, membuka usaha fotocopy dan warnet kecil2an di rumah,  serta 2 adik yang masih harus bersekolah). Tapi aku tidak peduli. Aku ingat Allah SWT menjamin rezeki makhluk hidupnya  “…… dan tidak satu pun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (Surah Hud, ayat 6), selain itu “Allah-lah yang menyempit dan yang meluaskan (pemberian rezeki) dan kepada kamu dikembalikan” (Surah al-Baqarah, ayat 245). Serta firman-Nya yakni  Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan” (QS. Al Mulk: 15). 
Aku yakin, aku masih bisa kasih jajan adik-adikku dengan uang halal dan insya Allah barokah dengan segala potensi yang aku miliki.

Segala Puji bagi Allah, hari ke-3 aku menganggur, aku dapat panggilan dari madrasah aliyah ku dulu, untuk mengajar ekskul Bahasa Inggris di sana. Ya. Aku kembali mengabdi di sekolahku. Seminggu setelahnya, aku mencoba menjadi guru pengganti Bahasa Inggris di salah satu SD Islam terbesar di kotaku. Dengan bekal pengalaman mengajar Bahasa Inggris sejak masa kuliah hingga saat ini, aku pun diterima mengabdi di sana. Selain itu, aku diminta kembali untuk mengajar muridku yang 4 tahun lalu aku ajar, serta mengajar privat sekitar 8 siswa. Yap, berkat Rahmat-Nya, waktuku Senin-Minggu tidak ada yang kosong. Aku sibuk. Ya, sibuk. Tapi masih bisa menyempatkan menyembah-Nya di waktu Dhuha, mendapatkan rezeki yang barokah, serta tetap bisa berkumpul dengan kedua orang tua dan adik-adikku.

Nasib baik kembali berpihak padaku. Allah membuka pintu rezekinya lagi padaku, bahkan semakin lebar. Belum genap 30 hari dari sejak aku resign, pengumuman CPNS Kementerian PAN RB pun aku dapatkan. Setelah proses tes SKD, Psikotest, Wawancara User, Wawancara Psikolog, FGD, dan tes SKB, tepat tanggal 28 November 2017, Alhamdulillah, aku pun lolos seleksi CPNS Kementerian PAN RB (Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi). Sujud syukur aku panjatkan kepada Allah yang telah menggantikan rezekiku berkali-kali lipat di kala aku dilema. Terimakasih aku berikan kepada kedua orang tuaku yang dengan iklas menyebut namaku pada sujud mereka. Allahu Akbar. Ini adalah keajaiban bagiku.

Saat ini, 29 Desember 2017, aku masih dalam penantian menunggu SK CPNS ku turun. Insya Allah jika prosesnya lancar, Januari 2018 akan ku terima dan dengan Ridha Allah, aku siap menjalani kewajibanku selanjutnya dengan amanah.

Pada akhirnya,  satu hal yang perlu teman-teman ketahui bahwa, KEYAKINAN dan KESABARAN kepada Allah itu butuh proses dan pembelajaran yang luar biasa. Tidak bisa seorang yakin 100% apalagi diiringi pergulatan batin dan nalar logika manusia. Yakin saja bahwa Layukallifullahu nafsan illa wus'aha (Allah tidak akan memberikan beban ujian melampaui kemampuan hamba-Nya) . Yakin juga bawa, jika segala sesuatu dilakukan semata-mata karena Allah, maka Dia tidak akan tutup mata.
Rasa syukur itu hadir apabila kita yakin dengan kekuasaan Allah. Yakin semua yang kita ada dalam dunia ini adalah milik Allah. Jika keyakinan itu masih kurang, maka pedulikanlah rasa itu, teruskan dengan rasa yakin itu biarpun kadang-kadang terasa gundah. Hati kita perlu dilatih. Keyakinan yang goyang itu hadir dari syaitan semata-mata. Abaikan hamba Allah yang durhaka itu. 

Terakhir, satu hadits yang sangat membantu menguatkanku adalah 

Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,  
يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ في نَفْسِي وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلأٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلأٍ خَيْرٍ مِنْهُمْ وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ بِشِبْرٍ تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَىَّ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً  (رواه البخاري، رقم  7405 ومسلم ، رقم 2675 )
“Allah Ta’ala berfirman, ‘Aku tergantung persangkaan hamba kepadaKu. Aku bersamanya kalau dia mengingat-Ku. Kalau dia mengingatku pada dirinya, maka Aku mengingatnya pada diriKu. Kalau dia mengingatKu di keramaian, maka Aku akan mengingatnya di keramaian yang lebih baik dari mereka. Kalau dia mendekat sejengkal, maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta. Kalau dia mendekat kepada diri-Ku sehasta, maka Aku akan mendekatinya sedepa. Kalau dia mendatangi-Ku dengan berjalan, maka Aku akan mendatanginya dengan berlari.” (HR bukhari, no. 7405 dan Muslim, no. 2675)

Akhir kata, aku pun masih memiliki jutaaan kekurangan. Hanya saja, aku harap tulisan kecilku ini dapat membantu menguatkan teman-teman yang masih dilanda kegundahan akan keputusannya meninggalkan yang Riba dan bathil. Insya Allah. 

Kindly contact me on anandaputrisujatmiko@gmail.com if you guys wanna share directly to me tentang pengalaman apapun yang berhubungan dengan ini🙏

Wassalamualaikum WR. WB 😊

Komentar

  1. Salam kenal, tulisanmu menginspirasi sekali.. :)

    BalasHapus
  2. saya nangis baca cerita mbak anada.. apalagi baca hadits yang terakhir. sungguh ALLAH maha baik mbak.. barangsiapa meninggalkan sesuatu karena ALLAH SWT , insyaALLAH akan digantikan dengan hal yang terbaik. saya pun pernah kerja di BANK, namun sdh resign.. alhamdulillah ALLAH menyelamatkan saya dri pekerjaan tersebut. sama seperti mbak, saya sekarang sedang menantikan tes CPNS 2018 yang sedang akan berlangsung.. berharap semoga rejeki saya kali ini menjadi pns mbak. aamiin ya rabb...
    terimakasih sekali lagi ceritanya sangat menginspiratif mbak. semoba mbak ananda sekeluarga diberikan kesehatan dan selalu dalam lindungan ALLAH SWT. AAMIIN YA RABB

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masya Allah. Alhamdulillah ya kak dibukakan dan dipermudah hatinya utk mencari rezeki di jln yg halal. Smoga selalu diberkahi Allah ya kak :')

      Hapus
  3. Assalamualaikum. Mba, tulisan mba sungguh menginspirasi. Mirip dg mba, suami saya jg hijrah dr bank krn riba. Dan skrg ikhtiar proses seleksi CPNS. Saya mau tanya, waktu wawancara mba ditanya g kerja dimana sebelumnya dan knp resign ? Apa mba jujur krn riba? Syukron..

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahhhh maaf bgt baru cek :( iya mbaaa ditanyakan. bilang aja karena alasan syariah. ga ada salahnya jujur kan hehe. tapi kemudian tambahkan juga alasan rasional lain, kayak "jurusan kuliah saya dulu di S1 linear dgn jabatan yg akan saya lamar ini." sehingga jadi makin make sense :)

      Hapus
  4. Masya Allah makasih mba tulisannya sangat menginspirasi buat saya yg sbntr lg mau resign Dr bank yg sama 😚 apa yg mba rasakan aku rasakan skg Bismillah

    BalasHapus
  5. Saya baru baca terima kasih motivasinya mas, ceritanya hampir sama seperti saya tapi bedanya saya saat ini masih bekerja di bank sedang ikhtiar untuk berhijrah sepenuhnya, doakan supaya saya juga bisa berhijrah segera dan mendapatkan pekerjaan yang Allah ridhoi dan Allah berkahi. Aminnn.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya mba btw mas hehe. masya Allahh... semoga senantiasa dimudahkan jalannya ya mas. kuncinya yakin :'

      Hapus
  6. tulisannya menyentuh sekali. udah lama dipsoting tapi saya baru baca di tahun 2020. memotivasi sekali kak. semoga bahagia selalu

    BalasHapus
    Balasan
    1. halo kak fayaa, masya Allah Alhamdulillah ... semangat terus yaaa. smoga bahagia dan sehat selalu juga :')

      Hapus
  7. Sangat menginsiprasi mba,saya jg telah resign dari salah satu Bank BUMN,dan yakin emang rezeki itu jaminan dari Allah swt,Allah swt akan meganggantikan dengan berkali kali lipat yang lebih baik,terimakasih mba sangat memotovasi sekali

    BalasHapus
  8. Saya dr Juli 2007 mulai bekerja di perbankan
    Sejak hamil anak saya di thn 2018 mulai takut tiba krn melihat story salah satu teman suami saya
    Saya melihat gambar tangan yg menyuapi anaknya dg api
    Alhamdulillah Januari 2021 saya berhasil resign, setelah 2 thn bertahan dg rasa was was
    Saya takut nyawa saya diambil sebelum keluar dr dunia itu
    Alhamdulillah skrg saya lega walaupun masih menganggur
    Bismillah
    Semoga segera dpt pekerjaan yg baik
    Amin

    BalasHapus

Posting Komentar