durja remang-remang bagai shyam,
padat dada karena berlabuhnya puji, lengkara, dan pinta,
lantas tak salah menelaah jumantara dan mencari asa.
Aku bukan tidak mau berkawan,
mendorong api ke tengah elegi,
terlalu cekatan dan aku tak siap,
ada satu - dua yang pinjami payung,
membagi teduh dari dingin dan kotornya kata
terima kasih hangat teduhmu. rasanya nikmat walau fana.
Tapi ada kala payungnya rusak... koyak... bobrok... patah
tak selalu utuh karena bukan aku yang punya
tak kuasa ku jaga dan ku bersihkan.
Lalu ku cari sang arunika dan merayunya.
merayap keluar, sedu senandika berbisik daun bagai adik,
ada terima dan kasih, ada harsa, renjana akan nuraga,
apa lagi yang tak ada?
hardiknya tertiup, jauh... jauh sekali
dalam hati... seisi raya menguatkan
tidak sekali, dua kali, tapi berkali-kali.
dalam hati...
bungkus mata dan bayangkan dirgantara raya tersenyum,
dekat...
hingga terasa hembusannya dekat dengan pina,
bahkan sampai merinding karena terlalu rekat,
karena Dia berbisik "kamu baik-baik saja".
APS - Jakarta, 2 Juni 2020 (15.33)
Komentar
Posting Komentar